Let's Save Our Earth From Climate Change!

Welcome

Minggu, 14 Juni 2009

Earth in Dangerous

PERUBAHAN IKLIM DAPAT MEMUSNAHKAN KEHIDUPAN DI BUMI

Menurut laporan PBB, 9 dari 10 bencana yang terjadi dalam beberapa tahun ini adalah akibat dari perubahan iklim. Bencana banjir merupakan bencana yang paling banyak terjadi dan menewaskan ribuan orang dari berbagai negara setiap tahun. Bencana banjir, terjadi karena curah hujan ekstrem akibat gangguan cuaca. Selain banjir, masih ada bencana lain seperti gelombang panas yang menyebabkan kekeringan, kenaikan permukaan laut, kelangkaan pangan, kelangkaan air bersih, gelombang pengungsi, gempa bumi, lumpur lapindo, angin topan, kepunahan spesies, penyebaran penyakit, dan sebagainya.

Tetapi, di luar dari berbagai bencana di atas, pemanasan global juga membawa satu potensi bencana besar bagi planet kita. Tahukah Anda, di bawah lapisan es Kutub Utara tersimpan karbon dan metana dalam jumlah besar? Planet bumi menyimpan metana beku dalam jumlah yang sangat besar yang disebut dengan methane hydrates atau methane clathrates. Metana beku banyak ditemukan di kutub utara dan kutub selatan, dimana suhu permukaan air kurang dari 0 derajat Celcius, atau dasar laut pada kedalaman lebih dari 300 meter, dimana temperatur air ada di kisaran 20 Celcius. Bila es mencair, maka kedua gas rumah kaca ini akan dilepaskan ke atmosfer. Jumlahnya tidak main-main! Lapisan es Kutub Utara mengandung 2 kali lipat jumlah karbon yang ada di atmosfer. Penelitian dua puluh lebih ilmuwan lingkungan yang dikepalai oleh Profesor Ted Schuur dari University of Florida yang dimuat dalam jurnal Bioscience edisi September 2008 menunjukkan bahwa 1.672 miliar metrik ton karbon terkurung di bawah lapisan es dan jumlah ini dua kali lipat dari 780 miliar ton karbon yang ada di atmosfer saat ini.9

Ancaman serius juga berasal dari endapan hidrat metana yang tersimpan di dasar laut. Endapan ini terdapat di seluruh pinggir benua dan terlepas bila laut menjadi panas. Dengan hilangnya lapisan es yang mengakibatkan 90% panas matahari langsung masuk ke dalam lautan, endapan metana ini bisa terlepas dari dasar laut.



Belum lama ini di bulan September 2008 para ilmuwan Arktik menemukan bukti nyata bahwa jutaan ton metana ini mulai terlepas dari dasar laut Arktik.14 Mereka menemukan sejumlah area yang berbuih di lautan karena gas metana meruap dari dasar laut. Tak berapa lama kemudian ditemukan kembali ratusan gelembung metana yang meruap dari dasar laut di daerah Svalbard di Arktik.15



Catatan sejarah menunjukkan bahwa metana yang terlepas dalam jumlah besar dari dasar laut memanaskan Bumi hingga 7ÂșC 55 juta tahun yang lalu dan menyebabkan kepunahan masal serta terganggunya iklim Bumi selama 100.000 tahun, menurut ketua peneliti Gavin Schmidt dari NASA.10 Jauh sebelum itu, kehidupan di Bumi pun pernah punah akibat ledakan gas metana dari dasar laut 251 juta tahun lalu.11 Menurut Dr. Gregory Ryskin, asosiat profesor teknik kimia dari Northwestern University, gas metana yang terlepas secara tiba-tiba dari dasar lautan menjadi penyebab utama kepunahan sebagian besar kehidupan laut dan spesies darat pada akhir era Permian, jauh sebelum dinosaurus ada. Dr. Ryskin menghitung 10.000 gigaton gas metana (1 Gigaton = 1 miliar ton) terkumpul dalam air di dasar lautan dalam tekanan tinggi. Ledakan gas metana memiliki daya ledak 10.000 kali lebih kuat daripada ledakan seluruh senjata nuklir di dunia. Banjir lautan api raksasa dari laut itulah yang menyebabkan kepunahan masal saat itu, kira-kira 95% spesies laut dan 70% spesies daratan. Selanjutnya, beliau menyebutkan, bila itu pernah terjadi, itu bisa terjadi lagi.



Seberapa cepatkah itu bisa terjadi? Sebuah penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim dramatis hanya dalam waktu 1 tahun pernah terjadi dalam sejarah Bumi.12 Tiga belas ribu tahun yang lalu, Eropa tidak jauh berbeda dengan kondisi sekarang, hanya saja lebih hangat dan banyak ditutupi oleh hutan. Namun, tiba-tiba saja, terjadi perubahan. Arus Teluk hangat yang membawa panas dari ekuator ke kutub berhenti mengalir. Suhu udara turun drastis 3 hingga 4 derajat Celcius, dan bertahan seperti itu selama seribu tahun. Para ilmuwan yang dikepalai oleh Achim Brauer dari German Research Center for Geoscience di Postdam, Jerman, menyebutkan periode perubahan iklim drastis itu yang bernama Younger Dryas terjadi hanya dalam waktu satu tahun, kurang lebih 12.679 tahun lalu, berdasar atas penelitian pada lapisan sedimen yang terjaga baik di sebuah danau terpencil di Jerman. Penelitian menunjukkan air dingin yang mengalir dari gletser yang mencair memperlemah aliran Arus Teluk yang hangat. Akibatnya berakhirlah angin hangat yang sebelumnya bertiup melintasi Eropa. Tanpa angin yang hangat ini, suhu udara dengan cepat turun 3 hingga 4 derajat Celcius, dan membekukan benua yang sebelumnya ditutupi hutan selama ribuan tahun berikutnya. Daniel Sigman dari Princeton University menyebutkan bahwa ”Periode Younger Dryas terus mengejutkan kami karena memberikan pesan betapa cepatnya perubahan iklim bisa terjadi.”



PBB sendiri juga telah menyebutkan bahwa mencairnya lapisan es merupakan “kartu liar” yang secara dramatis bisa memperparah pemanasan global dengan melepaskan gas rumah kaca secara besar-besaran.13 Dalam laporan UNEP Year Book 2008, disebutkan bahwa, “…Kita mungkin akan mencapai ambang batas yang sulit untuk diprediksikan secara tepat, tetapi melewati ambang batas itu bisa membawa akibat serius secara global. Metana yang terlepas secara besar-besaran ke dalam atmosfer, yang berasal dari lapisan es yang mencair dan endapan methana hidrat di laut, akan membawa perubahan tak terduga dalam pola iklim yang mungkin tidak dapat diubah. Kita tidak boleh melewati ambang batas ini. Pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia harus diatasi untuk membantu kita menghindari akibat semacam ini sepenuhnya.”

Metana beku juga ditemukan di danau-danau yang dalam, seperti Danau Baikal di Siberia. Metana adalah gas dengan emisi rumah kaca 72 kali lebih ganas dari karbondioksida (CO2), yang berarti gas ini kontributor yang sangat buruk bagi pemanasan global yang sedang berlangsung. Berita buruknya adalah pemanasan global membuat suhu es di kutub utara dan kutub selatan menjadi semakin panas, sehingga metana beku yang tersimpan dalam lapisan es di kedua kutub tersebut juga ikut terlepaskan ke atmosfer. Para ilmuwan memperkirakan bahwa Antartika menyimpan kurang lebih 1.500 miliar ton metana beku, dan gas ini dilepaskan sedikit demi sedikit ke atmosfer seiring dengan semakin banyaknya bagian-bagian es di antartika yang runtuh. Anda bisa membayangkan betapa mengerikannya keadaan ini: Bila Antartika kehilangan seluruh lapisan esnya, maka 1.500 miliar ton metana tersebut akan terlepas ke atmosfer! Ini belum termasuk metana beku yang tersimpan di dasar laut yang juga terancam mencair karena makin panasnya suhu lautan akibat pemanasan global.

Sekali terpicu, siklus ini akan menghasilkan pemanasan global yang sangat parah sehingga mungkin dapat disetarakan dengan kiamat! Apakah ini fantasi yang dibuat-buat oleh aktifis lingkungan dan ilmuwan-ilmuwan paranoid? Sayangnya tidak. Bukti-bukti geologi yang kuat menyatakan sedikitnya sudah dua kali planet kita mengalami kejadian ini. Para ahli geologi menemukan bahwa malapetaka besar ini pernah terjadi kurang lebih 55 juta tahun lalu yang disebut oleh para ilmuwan sebagai Paleocene-Eocene Thermal Maximum (PETM). Saat itu semburan metana naik ke permukaan sehingga mengakibatkan pemanasan planet dengan sangat cepat dan menyebabkan kematian massal, kemudian mengganggu keadaan iklim bumi.

Sumber : http://www.perubahaniklim.net/perubahan-iklim-dapat-memusnahkan-kehidupan-di-bumi.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar